Mengunjungi Mbaru Niang, Rumah Adat Masyarakat NTT di Atas Awan!

    2018-03-01

HarianProperty.com-Rumah di atas tanah, itu sudah pasti. Rumah di atas bukit atau gunung? Tentu sudah biasa. Tapi bagaimana kalau rumah di atas awan? Mungkin kamu kira hal ini mengada-ada. Tapi nyatanya, rumah di atas awan itu beneran ada lho! Rumah unik itu terletak di negeri di atas awan, Wae Rebo.

Waerebo adalah sebuah desa kecil di Desa Satar Lenda, Kecamata Satarmase Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Terletak di daerah pegunungan dengan ketinggian 1200 Mdpl, Wae Rebo memang pantas dijuluki negeri di atas awan. Dalam sekejap, kabut tebal bisa langsung menyelimuti seluruh wilayah Wae Rebo bahkan dalam hitungan detik.

Tak cuma menyimpan keindahan alam yang tak tertandingi, Wae Rebo juga terkenal dengan rumah berarsitektur unik bernama Mbaru Niang. Sayangnya, rumat adat khas Manggarai ini kini mulai ditinggalkan oleh masyarakat modern. Saat ini, hanya ada 7 rumah Mbaru Niang yang tersisa di Wae Rebo.

Karena keunikan dan kelangkaanya, Mbaru Niang mendapatkan penghargaan dari UNESCO Asia-Pacific Awards sebagai Cultural Heritage Conservation pada tahun 2012 silam. Mbaru Niang mengalahkan rumah-rumah unik lainnya dari seluruh dunia yang tak kalah berkualitas.

Desain Mbaru Niang sendiri sepintas mirip dengan rumah Hanoi di Papua. Bedanya, bentuk atapnya lebih kerucut dan menjuntai hingga menyentuh lantai. Kerangka atap menggunakan bambu atau kayu kentil berukuran 1cm. Kayu diikat secara horizontal sehingga membentuk lingkaran di setiap level rumah. Untuk penutup atap, para penduduk menggunakan daun lontar sedangkan penutup lantai menggunan papan kayu ajang.

Pondasi Mbaru Niang terdiri dari beberapa bilang batang kayu uwu yang ditanam sedalam 2 meter. Agar kuat, pondasi dibungkus dengan plastik dan ijuk agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah Wae Rebo yang lembab. Sebagai catatan menarik, penduduk Wae Rebo hanya mengikat balok dan kerangka bangunan hanya dengan rotan.

Salah satu yang paling penting dalam kerangka rumah Mbaru Niang adalah tiang utama atau ngando setinggi 15 meter. Tiang berbahan kayu warok itu terletak di tengah struktur bangunan dan berfungsi sebagai penyeimbang bangunan. Ya, keseimbangan memang sangat penting bagi masyarakat Wae Rebo. Karena itu, mereka menyakini adanya pola lingkaran terpusat. Pola ini tercermin pada compang, batu-batu tua berbentuk lingkaran yang berada di tengah-tengah kompleks Mbaru Niang.

Compang bagi penduduk asli merupakan pusat kehidupan. Compang ini dipercaya dapat menjaga keutuhan kampung secara berkala. Compang juga merupakan simbol penghormatan kepada Tuhan dan juga leluhur mereka. Pola lingkaran terpusat ini pulalah yang akhirnya mereka terapkan pada rumah adat Mbaru Niang.

Terdiri dari 5 lantai, setiap lantai Mbaru Niang mempunyai fungsi tersendiri. Lantai pertama adalah lutur atau tenda, merupakan ruang utama dan juga dapur. Lantai kedua atau lobo, adalah loteng yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan atau barang sehari-hari. Lantai ketiga atau lentar, digunakan untuk menyimpan benih tanaman seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan

Lantai keempat atau lempa rea, disiapkan untuk menyimpan stok makanan apabila terjadi kekeringan atau musim kemarau panjang. Dan lantai kelima atau hekang kode, diperuntukkan sebagai tempat persembahan bagi para leluhur. Jika kamu ke Wae Rebo, tentunya kamu dapat menyaksikan seluruh bagian rumah secara nyata. Bagaimana? Tertarik mengunjungi rumah adat unik di atas awan ini?

 

Comment

Comodo SSL